Jubir Komang: “Pemerintah tidak Tinggal Diam Dalam Penanganan Covid-19”

Berita64 Dilihat

CLS NEWS COM. Luwu Utara — Banyaknya sorotan terhadap kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dinilai lamban oleh sebagian masyarakat, membuat Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Kabupaten Luwu Utara untuk Penanganan Covid-19, Komang Krisna, angkat bicara. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara melalui Gugus Tugas tidak pernah tinggal diam dalam penanganan covid-19.

“Pemerintah tidak pernah tinggal diam dalam penanganan covid-19. Seandainya kami tidak merespon dengan melakukan kontak tracing, barangkali sudah terjadi penularan yang cukup besar (outbreak) di wilayah ini,” kata Komang. Ia mengatakan, lebih baik covid-19 terdeteksi secara cepat daripada tidak diketahui sama sekali, karena itu akan menjadi bom waktu yang setiap saat akan meledak.

Ia menambahkan bahwa keselamatan masyarakat menjadi prioritas yang harus dikedepankan, dengan tetap melakukan pemantauan secara ketat terhadap santri yang sudah terkonfirmasi positif covid-19, agar santri ini cepat pulih dan dinyatakan telah sehat. “Pimpinan telah menginstruksikan kepada kami bahwa keselamatan warga harus dikedepankan. Makanya ketika ada satu kasus positif yang dikarantina di Makassar, kami langsung melakukan kontak tracing terhadap santri yang kontak erat dengan kasus pertama,” terangnya.

Ia pun mengungkapkan bahwa sebenarnya ada empat orang yang kontak erat dengan kasus pertama yang dikarantina di Makassar. Tapi dengan alasan keselamatan warga yang utama, maka pihaknya melakukan kontak tracing sebanyak 73 santri. “15 orang telah terkonfirmasi dari BBLK Makassar, dengan hasil konfirmasi positif covid-19 sebanyak dua orang. Kami masih menunggu hasil laboratorium sebanyak 58 orang dari BBLK Makassar,” ungkapnya.

Terkait dua santri dengan status OTG yang melakukan karantina rumah, Kabid Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan ini menjelaskan bahwa tindakan tersebut sesuai juknis penanganan covid-19 revisi IV. “Kami sangat berharap masyarakat mendukung proses pemulihan kedua santri ini, sehingga imunitas keduanya bisa meningkat. Tentu dukungan orang tua sangat dibutuhkan sehingga proses pemulihan bisa lebih cepat,” jelasnya.

Masih kata Komang, tak kalah pentingnya yang harus diketahui publik adalah penularan covid-19 ini melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin ataupun saat berbicara. Nah, sementara kedua santri ini tidak memiliki gejala batuk/bersin (droplet) sehingga keduanya disebut orang tanpa gejala (OTG).

“Jadi dua santri ini tidak sakit. Apakah perlu dirujuk ke rumah sakit? Jawabannya tidak perlu. Cukup pemulihan dengan karantina rumah dengan dipantau petugas kesehatan secara ketat guna memastikan bahwa keluarga tersebut disiplin melakukan karantina rumah. Makanya kita juga melakukan pengambilan swab terhadap keluarga mereka, dan itu sudah dilakukan Tim Gerak Cepat Dinas Kesehatan,” urai dia.

Guna memastikan kedua santri ini sehat, maka akan dilakukan pemeriksaan swab di hari ke-14, dihitung mulai dari pengambilan swab pertama. “Demikian yang bisa kami jelaskan. Pesan kami, tetap disiplin melakukan physical distancing, memakai masker di mana pun berada, selalu ber-PHBS serta makan sayur dan buah. Tetap semangat semuanya. Bantu orang lain untuk pulih dari musibah ini, bukan dikucilkan,” pungkasnya. (LHMS)

Komentar