Indah Putri Indriani Bupati Luwu Utara Perempuan Pertama Di Sul Sel.

Berita68 Dilihat

LUWU UTARA — CLS NEWS CO.id —“Salah satu argumentasi yang menyebabkan kaum perempuan sulit untuk menjadi pemimpin dalam dunia politik adalah adanya Q.S al-Nisa’ ayat 34.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kaum laki-laki lebih tegak atas wanita. Sebab, Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena laki-laki telah memberikan nafkah dari hartanya.

Mengenai ayat tersebut di atas, Presiden RI, Abdurrahman Wahid (Alm) mengatakan bahwa, sebetulnya ayat itu dapat diartikan dua macam. Pertama, lelaki bertaggung jawab secara fisik atas keselamatan wanita. Kedua, lelaki lebih pantas menjadi pemimpin negara.

Dan Gus Dur menambahkan, ternyata para pemimpin politik Islam lebih memilih pendapat yang kedua, terbukti dari ucapan mereka di muka umum.

Jika masih ada orang yang menganggap bahwa perempuan lebih rendah (lemah) daripada laki-laki, sehingga menyebabkan kaum perempuan tidak boleh menjadi pemimpin, itu menunjukkan bahwa mereka masih terbelenggu dengan budaya patriarki.

Yaitu suatu budaya yang lebih mengedepankan atau mengistimewakan peran laki-laki di atas perempuan. Budaya ini sudah melekat dalam paradigma masyarakat. Dan, banyak juga kaum wanita yang “mengamini” adanya hal itu.

Namun, jika kita melihat realita yang terjadi saat ini, banyak dari kaum perempuan yang banting tulang untuk menafkahi keluarganya. Dan tidak sedikit pula kaum laki-laki yang mengurusi bagian rumah tangga, sedangkan istrinya yang bekerja.

Keadaan ini jelas sangat bertolak dengan kondisi masyarkat Arab dahulu. Apabila masih ada masyarakat yang menganggap perempuan sebagai golongan yang lemah, maka mereka tidak jauh berbeda dengan masyarakat Arab Jahiliyyah

Diakui atau tidak, perempuan mempunyai keunggulan lebih yang tidak bisa dimiliki oleh kaum laki-laki. Sejarah mencatat bahwa banyak pemimpin hebat di dunia yang tidak berasal dari kaum laki-laki.

Kita pasti kenal yang namanya Cleopatra, Corie Aquino, Margareth Theacher, Benazir Butho, dan jauh lebih hebat lagi yaitu Ratu Balqis yang bisa membawa kemakmuran bagi negaranya sehingga hampir menandingi kerajaan Nabi Sulaiman AS.

Kehebatan Ratu Balqis telah diabadikan di dalam al-Qur’an. (baca: al-An’am: 23-44). Begitupun di kerajaan kedatuan Luwu sudah kerap kali dipimpin oleh raja perempuan, dimulai dari Simpurusiang dan lainnya.

Selain itu, kita pasti juga kenal dengan istri Rasulullag SAW, yaitu Siti Aisyah. Beliau adalah salah satu muslimat yang paling meriwayatkan Hadits Nabi. Dan dia juga pemipin politik dan pemimpin perang.

Selain itu Siti Aisyah miliki tingkat kecerdasannya diakui oleh para sahabat. Sehingga, banyak dari para sahabat yang sering meminta pendapat beliau ketika hendak memecahkan permasalahan.

Dari berbagai penjelasan di atas, setidaknya dapat memberikan pandangan baru bahwa perempuan bukanlah golongan lemah sebagaimana anggapan masyarakat umum.

Akan tetapi, perempuan sama halnya dengan laki-laki dalam hal keberanian, kecerdasan, dan juga kepemimpinan. Bahkan bisa saja mereka melebihi laki-laki. Jadi, pantas dan sah-sah saja jika perempuan menjadi seorang pemimpin.

Salah satu Hadits Nabi yang sangat terkenal yaitu, “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan negara pada perempuan” (HR. Bukhari).

Hadits itu sudah menyebar luas di kalangan masyarakat tanpa mereka mengetahui asbabul wurudnya. Perlu kita ketahui bahwa, Hadits itu muncul berkenaan dengan suatu peristiwa.

Yaitu, saat Rasulullah berdakwah ke berbagai daerah, beliau pernah berkirim surat kepada para pembesar negeri lain untuk memeluk Islam. Salah satu di antaranya adalah Raja Kisra di Persia.

Setelah menerima surat itu, Kisra merobek-robek surat Rasulullah tersebut. Inilah faktor yang menyebabkan Rasulullah marah sehingga beliau bersabda, “Siapa saja yang merobek-robek surat saya, maka diri dan kerajaan orang itu akan dirobek-robek”.

Dari Hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Rasulullah akan memusuhi siapa saja yang menentang risalahnya, baik laki-laki maupun perempuan.

Selain itu, diceritakan bahwa Raja Kisra adalah raja yang jahat. Sehingga jika ia memimpin negara, maka akan membawa kehancuran bagi negaranya.

Jadi, kepemimpinan seorang pemimpin sangat menentukan baik buruknya suatu negara. Bukan suatu masalah jika negara dipegang oleh laki-laki maupun perempuan.

Sebagaimana dikatakan oleh Aritoteles, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang jujur, cerdas, tegas, adil, bijaksana, serta takluk pada hukum.”…..(ril/HS)

Komentar